Home » , » LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA 2 : UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH (AIR LIUR DAN EMPEDU)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA 2 : UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH (AIR LIUR DAN EMPEDU)




Written By Unknown on 06/06/2013 | 16:44

I. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Tujuan

: menguji sifat fisik dan kimia cairan tubuh (air liur dan empedu)

Hari/Tanggal

: Selasa, 18 Mei 2010

Tempat

: Laboratorium Kimia, Lt.2, Fakultas MIPA

 

UNIVERSITAS MATARAM

II. LANDASAN TEORI

Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan, yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Empedu dihasilkan secara terus-menerus oleh hati, akan tetapi ditampung dalam sebuah alat penampungan yaitu kantung empedu diantara waktu makan. Bila makanan masuk ke duodenum, lepasnya kolesistokinin akan merangsang kontraksi kantung empedu dan keluarnya empedu akan dihimpun ke dalam duodenum (Kimball, 2007: 451).

image

(Y3n, 2009)

Fungsi cairan empedu adalah untuk mencerna makanan di dalam usus, terutama lemak. Cairan empedu dari hati ini sebagian disalurkan langsung ke usus dan bercampur dengan makanan yang akan dicerna. Sementara sebagian cairan lagi masuk ke kantung empedu. Disini sebagian air akan diserap/dibuang, sehingga cairannya akan lebih pekat.Cairan empedu yang pekat ini lebih efektif untuk mencerna makananan dibandingkan yang langsung dari hati tadi (Y3n, 2009).

Empedu sebagian besar adalah hasil dari excretory dan sebagian adalah sekresi dari pencernaan. Garam-garam empedu termasuk ke dalam kelompok garam natrium dan kalium dari asam empedu yang berkonjugasi dengan glisin atau taurin suatu derifat/turunan dari sistin. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu (Jevuska, 2009).

Asam-asam empedu membantu emulsifikasi lipid yang dimakan, suatu proses yang memudahkan pencernaan enzimatik dan absorbsi lemak diet. Asam-asam deoksikolat dan litokolat adalah asam-asam empedu sekunder yang disintesis dalam usus lewat kerjanya enzim-enzim bakteri pada asam-asam empedu primer. Hanya sebagian asam-asam empedu primer yang terdapat dalam usus diubah menjadi asam empedu sekunder (Montgomery, 1993: 911-912).

Pada rongga mulut terdapat tiga macam kelenjar ludah (saliva) yang menghasilkan cairan ludah. Kelenjar-kelenjar tersebut adalah: kelenjar parotis, yang terletak di dekat telinga, kelenjar sublingualis yang terletak di bawah rahang atas, kelenjar submandibularis yang terletak di bawah lidah. Di dalam cairan ludah mengandung sebanyak 90% air, dan sisanya terdiri atas garam-garam bikarbonat, lendir (mukus), lizozim (enzim penghancur bakteri), dan amilase (ptialin). Ketiga kelenjar ludah setiap harinya dapat menghasilkan lebih kurang 1600 cc air ludah. Cairan ludah berfungsi untuk memudahkan dalam menelan makanan karena makanan tercampur dengan lendir dan air, melindungi rongga mulut dari kekeringan, panas, asam dan basa, serta membantu pencernaan kimiawi, karena kelenjar ludah menghasilkan enzim ptialin (amilase) yang berperan dalam pencernaan amilum menjadi maltosa dan glukosa, enzim ini berfungsi dengan baik pada pH netral (pH 7) (Cryonpedia, 2010).

clip_image002

Gambar. Kelenjar ludah

Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Saliva terdiri atas ion-ion Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42-, dan zat-zat organic seperti musin dan enzim amilase atau ptyalin. Saliva mempunyai pH antar 5,75 sampai 7,05. Pada umumnya pH saliva sedikit dibawah 7. Rangsangan yang menyebabkan pengeluaran saliva dari kelenjar saliva adalah pikiran tentang makanan yang disukai, adanya bau makanan yang sedap atau melihat makanan yang diharapkan sehingga menimbulkan selera. Rangsangan demikian disebut rangsangan reflex. Rangsangan keluarnya saliva karena adanya makanan dalam mulut disebut rangsangan mekanik, sedangkan rasa makanan yang lezat atau manis dapat menimbulkan rangsangan yang disebut rangsangan kimiawi (Poedjadi, 2007: 235-236).

III. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

- Tabung reaksi

- Tutup tabung reaksi

- Rak tabung reaksi

- Pipet tetes

- Pipet ukur

- Kertas saring

- Gelas kimia

- Gelas ukur

- Penjepit tabung reaksi

- Pengaduk

B. Bahan

- Air liur

- Aquadest

- Empedu

- Larutan NaOH 10%

- Larutan CuSO4

- Pereaksi molish

- Asam sulfat pekat

- Larutan asam asetat encer

- Larutan HCl

- Larutan BaCl2 10%

- HNO3 pekat

- Larutan sukrosa 5%

- Minyak

IV. CARA KERJA

A. Air Liur

Air liur

                      clip_image001     + aquadest

Sampai V = 200 ml

• Penetapan pH Air Liur

Air liur encer

              clip_image002 Diukur pH

pH = …

• Uji Biuret

Clipboard01

• Uji Molish

Clipboard02

• Uji Presipitasi

Clipboard03

• Uji Sulfat

Clipboard04

B. Empedu

Clipboard05

Clipboard06

III. HASIL PENGAMATAN

A. Air Liur

1. Uji Biuret

Perlakuan

Hasil Pengamatan

+ 2 mL NaOH

Terbentuk 3 fase

Bagian atas: busa

Bagian tengah: kental

Bagian bawah: larutan bening

+ CuSO4

 

Awal

Setelah dicampur dengan baik

CuSO4 tidak larut, pada larutan terdapat seperti bercak biru.

Terdapat endapan biru tua, larutan biru keunguan.

2. Uji Molish

Perlakuan

Hasil Pengamatan

+ Pereaksi Molish

Coklat susu → busa

+H2SO4

Hangat pada bagian atas, semakin kental → kental coklat bening.

Terbentuk cincin ungu kehitaman. Sebagian larutan lama kelamaan berubah menjadi hitam, beruap dan semakin panas.

3. Uji Presipitasi

Perlakuan

Hasil Pengamatan

Filtrate liur + asam asetat

Terbentuk gel bening keputihan, Ada yang larut dan tidak larut.

4. Uji Sulfat

Perlakuan

Hasil Pengamatan

+ HCl

Terbentuk seperti gel

+ BaCl2

Terdapat butiran-butiran putih kecil.

Larutan hasil bening.

B. Empedu

Uji Gmelin

Perlakuan

Hasil Pengamatan

HNO3 + empedu

Terbentuk 4 fase.

Berturut-turut dari atas ke bawah : larutan hijau, orange, kuning dan bening.

Uji Pettenkofer

Perlakuan

Hasil Pengamatan

+ Sukrosa

Tidak terjadi perubahan apa-apa

+ H2SO4

Terbentuk 4 fase

Berturut-turut dari atas ke bawah: larutan berwarna hijau, hitam, coklat, bening kekuningan.

Fungsi Empedu sebagai Emulgator

Perlakuan

Hasil Pengamatan

Tabung 1

Air + Minyak

Terbentuk 2 fase

Bagian atas minyak

Bagian bawah air

Tabung 2

Air + minyak + empedu

Terbentuk emulsi, hijau lumut

VI. ANALISIS DATA

Clipboard07

Clipboard08

Hidroksimetilforfural α-naftol cincin ungu

 

a. Uji Presipitasi

Air liur + CH3COOH → mengendap (koagulasi)

b. Uji Sulfat HCl

BaCl2 + SO42-  →   BaSO4(s) + 2Cl

c. Uji Gmelin

Bilirubin + HNO3 → kompleks kuning kemerahan

d. Uji Pattenkofer

Sukrosa + H2SO4 → hidroksometilfurfural

Hidroksimetilfurfural + cairan empedu → cincin ungu

e. Fungsi Empedu sebagai Emulgator

Garam-garam empedu + minyak → micelles

Micelles + air → larut

 

VII. PEMBAHASAN

Air liur atau saliva memiliki peran penting dalam system pencernaan makanan. Saliva berfungsi untuk memudahkan dalam menelan makanan, melindungi rongga mulut dari kekeringan, panas, asam dan basa, dan untuk membantu pencernaan kimiawi. Pada umumnya pH saliva berada sedikit dibawah 7.

Uji biuret pada air liur merupakan uji warna yang dilakukan untuk mengetahui adanya protein dalam air liur. Uji biuret ini khas untuk mengetahui adanya ikatan peptide yang ada pada protein. Dimana dalam suasana basa (akibat penambahan NaOH) Cu2+ akan bereaksi dengan gugus –CO dan –NH2 pada asam amino dalam protein sehingga membentuk suatu kompleks berwarna. Dari uji yang dilakukan didapatkan hasil positif yang artinya di dalam air liur terdapat protein. Hal ini karena air liur mengandung enzim amilase yang merupakan suatu protein dan musin yang merupakan suatu glikoprotein serta senyawa-senyawa protein lain yang juga terkandung dalam air liur (Poedjadi, 2007).

Uji molish yang dilakukan pada air liur adalah uji warna untuk mengetahui adanya karbohidrat pada air liur. Hasil yang didapat adalah positif yaitu dengan terbentuknya cincin ungu yang merupakan hasil reaksi kondensasi antara hidroksimetilfurfural dengan α-naftol (Poedjadi, 2007). Hidroksimetilfurfural terbentuk dari reaksi dehidrasi dengan H2SO4 dengan gula heksosa. Hal ini dikarenakan adanya karbohidrat yang dapat berupa maltose atau glukosa (yang merupakan gula heksosa) hasil pemecahan amilum oleh enzim maltase yang masih tersisa dari proses pencernaan makanan.

Air liur yang ditambahkan asam asetat encer pada uji presipitasi menghasilkan larutan yang seperti gel. Hal ini terjadi karena adanya koagulasi dari melekul-molekul yang berupa protein (misalnya enzim amilase) yang terkandung pada air liur. Dimana protein pada penambahan asam akan menyebabkan terjadinya koagulasi. (Simanjuntak, 2003).

Uji sulfat dilakukan untuk mengetahui adanya sulfat dalam air liur. Hasil yang didapat adalah positif yang ditandai dengan adanya endapan/butiran-butiran putih BaSO4. Hal ini dikarenakan dalam air liur juga terkandung ion sulfat (Poedjadi, 2007).

Cairan empedu dihasilkan dari hati dan disimpan didalam kandung empedu yang memiliki panjang sekitar 5-7 cm dan merupakan membran berotot. Kandung empedu terbagi ke dalam sebuah fundus, badan, dan leher. Cairan empedu yang berwarna hijau tua berasal dari bilirubin yang merupakan pigmen empedu. Bilirubin ini terbentuk dari penguraian hemoglobin, asam-asam empedu, dan kolesterol. Adanya bilirubin ini dapat dibuktikan dengan reaksi gmelin sehingga diperoleh hasil positif yang menghasilkan turunan yang berwarna yang ditandai dengan adanya banyak fase yang terbentuk yang terdiri dari berbagai warna. (Trinaningsih, 2007). Hal ini terjadi akibat oksidasi bilirubin yang merupakan pigmen empedu oleh HNO3. Pada uji pettenkofer, larutan sukrosa dengan H2SO4 sehingga terbentuk gula heksosa yang kemudian membentuk suatu senyawa hidroksimetilfurfural yang dengan adanya cairan empedu akan terbentuk suatu cincin ungu.

Pada percobaan untuk membuktikan fungsi empedu sebagai emulgator ternyata didapatkan hasil yang positif yang ditandai dengan terbentuknya emulsi yang stabil dari minyak yang semula tidak bercampur dengan air. Empedu memegang peran penting dalam proses pencernaan lemak. Dimana garam-garam empedu ini mempunyai peranan sebagai pengemulsi, penghancuran dari molekul-molekul besar lemak (dalam hal ini yang digunakan adalah minyak) menjadi suspensi dari lemak. Garam-garam empedu ini bergabung dengan lemak dan membentuk micelles, yaitu kompleks yang larut dalam air. Hal inilah yang menyebabkan lemak lebih mudah terserap dalam system pencernaan (efek hidrotrofik) (Jevuska, 2009).

VIII. KESIMPULAN

Berdasarkan data hasil pengamatan, analisis data, dan pembahasan, maka dapat disimpulkan:

- Air liur mekandung enzim amilase yang merupakan suatu protein dan musin yang merupakan suatu glikoprotein sehingga memberikan hasil positif pada uji biuret.

- Di dalam air liur terdapat karbohidrat dalam bentuk maltose atau glukosa yang merupakan hasil pemecahan amilum oleh enzim amilase sehingga memberikan

hasil positif pada uji molish.

- Adanya asam dapat menyebabkan koagulasi molekul-molekul protein (misalnya enzim) yang terkandung dalam air liur.

- Dalam air liur terkandung ion sulfat sehingga memberikan uji positif pada uji

sulfat yang ditandai dengan adanya endapan/butiran-butiran putih Ba2SO4.

- Kandung empedu mempunyai panjang sekitar 5-7 cm dan merupakan membrane berotot yang berfungsi menyimpan cairan empedu yang berwarna hijau tua.

- Didalam empedu terdapat bilirubin yang merupakan pigmen empedu yang dapat diidentifikasi dengan uji gmelin dan membentuk suatu turunan berwarna.

- Uji pettekofer akan menghasilkan suatu cincin ungu pada larutan.

- Empedu mempunyai fungsi sebagai emulgator yang menyebabkan emulsi stabil dari lemak dengan membentuk micelles yaitu kompleks yang larut dalam air.

 

DAFTAR PUSTAKA

Cryonpedia. 2010. Sistem Pencernaan Makanan Pada Manusia. http://www.crayonpedia.org/ mw/2._Sistem_Pencernaan_Makanan_Pada_Manusia_11.2 [21 Mei 2010].

Jevuska. 2009. Proses Pembentukan dan Sekresi Empedu. http://www.jevuska.com/2009/ 10/08/proses-pembentukan-dan-sekresi-empedu [24 Mei 2010].

Kimball, John W. 2007. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Montgomery, Rex. 1993. Biokimia. Yogyakarta: UGM Press.

Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supryanti. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.

Simanjuntak, M.T. dan J. silalahi. 2003. Penuntun Praktikum Biokimia. http://library.usu. ac.id/download/fmipa/farmasi-mtsim2.pdf [28 Mei 2010].

Tutinaningsih. 2010. Biokimia Urine. http://treesnasmart.blogspot.com/2009/05/biokimia- urine.html [28 Mei 2010].

Y3n. 2009. Empedu Batu?. http://masteryen.com/y3n/?p=110 [24 Mei 2010].

(sumber : Putu Eka Wahyu Ratnaningsih )

Share this article :

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. rifnotes - All Rights Reserved