Home » , » Laporan Praktikum Biokimia : KIMIA LIPID

Laporan Praktikum Biokimia : KIMIA LIPID




Written By Unknown on 11/06/2013 | 04:14

A.PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Tujuan :

Mengidentifikasi kualitas minyak dengan uji sifat fisik dan kimia (bilangan penyabunan, bilangan asam, bilangan peroksida dan grease spot test ).

2. Hari, tanggal : Minggu, 11 Desember 2011.

3. Tempat : Laboratorium Kimia Lantai III, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.

A.LANDASAN TEORI

Lipid merupakan senyawa yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut non polar atau semi polar. Senyawa-senyawa termasuk lipid ini dibagi dalam beberapa golongan. Ada beberapa cara penggolongan besar, yakni Lipid sederhana (ester asam lemak dengan berbagai alkohol, contohnya lemak/gliserida dan lilin), lipid gabungan (yaitu ester asam lemak yang mempunyai gugus tambahan, contohnya fosfolipid serebrosida), dan desivat lipid (yaitu senyawa yang sihasilkan oleh proses hidrolisis lipid, contohnya asam lemak, gliserol dan sterol). Berdasarkan sifat kimia yang penting, lipid dibagi dalam 2 golongan besar yakni lipid yang dapat disabunkan/dapat dihidrolisis dengan basa, contohnya lemak dan lipid yang tidak dapat disabunkan, contohnya steroid (Poedjadi, 1994).

Secara kimia lemak dan minyak merupakan senyawa yang sangat mirip. Walaupun secara fisik, lemak berbentuk padat sedangkan minyak berbentuk cair pada suhu kamar. Baik lemak maupun minyak terbentuk dari 1 molekul gliserol dan 3 molekul asam lemak, oleh sebab itu lemak dan minyak sering disebut sebagai trigliserida ( Lakitan, 2008 ).

Lipid biasanya diklasifikasikan berdasarkan jenis dan jumlah atom C yang dikandungnya, tetapi dapat juga diklasifikasikan dengan kriteria lain atau terikatnya senyawa lain misalnya lipid yang mengikat gugus pospor disebut phospilipid. Beberapa golongan lipid: Gliserida dan asam lemak (termasuk didalamnya minyak dan lemak) Phospolipid, Spingolipid, Glikolipid, dan Terpenoid, termasuk didalamnya getah steroid. Salah satu jenis lipid adalah lemak yang terdiri dari asam-asam lemak. Asam lemak adalah salah satu bahan baku untuk semua lipid pada makhluk hidup. Asam lemak dapat ditemukan dalam bentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun dalam bentuk gliserida. Asam lemak memiliki rantai panjang atom C, yang biasanya jumlahnya berkisar antara 14 – 24 atom karbon. Semakin panjang rantai atom C, lipid akan semakin mudah membeku dan semakin sukar larut dalam air. Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap, asam lemak terbagi menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh (Dody,2001:55 ).

Minyak goreng sangat mudah untuk mengalami oksidasi. Maka, minyak goreng berulang kali atau yang disebut minyak jelantah telah mengalami penguraian molekul-molekul, sehingga titik asapnya turun drastis, dan bila disimpan dapat menyebabkan minyak menjadi berbau tengik. Bau tengik dapat terjadi karena penyimpanan yang salah dalam jangka waktu tertentu menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida menjadi gliserol dan FFA (free fatty acid) atau asam lemak jenuh. Selain itu, minyak goreng ini juga sangat disukai oleh jamur aflatoksin. Jamur ini dapat menghasilkan racun aflatoksin yang dapat menyebabkan penyakit pada hati (Endo, 1997).

Uji kuntitatif melalui penghitungan bilangan peroksida, bilangan asam, dan bilangan penyabunan, dilakukan juga uji secara kuantitatif untuk mengidentifikasi kandungan lipid dari suatu bahan. Berdasarkan sifat-sifat lipid secara umum misalnya menimbulkan bercak pada kertas, dilakukan melalui uji bercak minyak (Grease spot test). Sampel yang mengandung lipid bila dilarutkan pada eter jika diusapkan dengan kertas saring akan menimbulkan bercak minyak pada kertas saring (Herlina, 2004).

Analisa lemak dan minyak yang umum dilakukan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan tujuan analisa, yaitu: Penentuan kuantitatif, yaitu penentuan kadar lemak dan minyak yang terdapat dalam bahan mkanan atau bahan pertanian. Penentuan kualitas minyak sebagai bahan makanan, yang berkaitan dengan proses ekstraksinya, atau ada pemurnian lanjutan, misalnya penjernihan (refining), penghilangan bau (deodorizing), penghilangan warna (bleaching). Penentuan tingkat kemurnian minyak ini sangat erat kaitannya dengan daya tahannya selama penyimpanan, sifat gorengnya, baunya maupun rasanya. Tolak ukur kualitas ini adalah angka asam lemak bebasnya (free fatty acid atau FFA), angka peroksida ,tingkat ketengikan dan kadar air. Penentuan sifat fisika maupun kimia yang khas ataupun mencirikan sifat minyak tertentu. Data ini dapat diperoleh dari angka iodinnya, angka Reichert-Meissel, angka polenske, angka krischner, angka penyabunan, indeks refraksi titik cair, angka kekentalan, titik percik, komposisi asam-asam lemak dan sebagainya (Brahmana, 1998).

Dengan proses hidrolisis lemak akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dapat berjalan dengan menggunakan asam, basa, atau enzim tertentu. Proses hidrolisis yang menggunakan basa menggunakan basa menghasilkan gliserol dan garam asam lemak atau sabun. Oleh karena itu proses hidrolisis yang menggunakan basa disebut proses penyabunan. Jumlah mol basa yang digunakan untuk proses penyabunan ini tergantung pada jumlah mol asam lemak. Jumlah mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gr lemak disebut bilangan penyabunan. Jadi, besar dan kecilnya bilangan penyabunan ini tergantung dari panjang atau pendeknya rantai karbon asam lemak (Poedjadi, 2007: 60-61).

Lemak atau minyak nabati dan hewani merupakan contoh dari gliserol dan lemak jenuh atau minyak dapat dihidrolisa oleh larutan oleh larutan alkali menjadi garam dari asam lemak yang sehari-hari dikenali sebagai sabun. Reaksi hidrolisa ini disebut penyabunan/safonifikasi ( Matsjeh, 1996 ).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

a. Pipet volume.

b. Pipet tetes.

c. Gelas arloji.

d. Erlenmeyer 100 ml.

e. Erlenmeyer 250 ml.

f. Erlenmeyer 200 ml.

g. Labu takar.

h. Statif.

i. Klem.

j. Timbangan Analitik.

k. Hot Plate (penangas uap).

l. Alat refluks.

m.Alat titrasi.

2. Bahan

a. Minyak goreng bekas.

b. Minyak goreng baru.

c. Kertas Saring.

d. Larutan KOH 0,5 N.

e. Etanol.

f. Indikator PP.

g. Larutan HCl 0,5 N.

h. Larutan KOH 0,1 N.

i. Aquades.

j. Campuran kloroform-asam asetat glasial (2:3 V/V).

k. Larutan KI jenuh.

l. Larutan Na2S2O3 (tiosulfat) 0,1N.

m. Larutan indikator amilum.

D. SKEMA KERJA

1 . Grease Spot Test

Clipboard07

2 . Penentuan Bilangan Penyabunan

Clipboard08

3. Penentuan Bilangan Asam

Clipboard09

4. Penentuan Bilangan Peroksida

Clipboard10

E. HASIL PENGAMATAN

a.Minyak Baru

Clipboard11

Clipboard12

b.Minyak Bekas

Clipboard13

Clipboard14

Clipboard15

E. ANALISIS DATA

1. Persamaan Reaksi

 KOH + HCl → KCl + H2O

 Asam lemak + etanol → Larut

 Minyak + kloroform + asam asetat glacial → Larut

 I3- + amilum → kompleks I3- amilum

 I3 + 2S2O32- → 2I- + 3S4O62-

2. Perhitungan

a) Bilangan Penyabunan Reaksi :

Minyak Goreng Baru

Diket : Berat minyak = 4 gram

V1 untuk titrasi blanko = 45,4 ml

V2 untuk titrasi minyak = 41,2 ml

Penyelesaian :

Bilangan penyabunan = 45,4-41,2 x 28,54

(V1 - V2) X 28,5Berat minyak (gram= 29,92 ml/gr)

Minyak Goreng Bekas

Diket : Berat minyak = 4 gram

V1 untuk titrasi blanko = 45,4 ml

V2 untuk titrasi minyak = 41,9 ml Penyelesaian :

Bilangan penyabunan = (V1 - V2) X 28,5Berat minyak (gram)= 45,4-41,9 x 28,54

= 24, 93 ml/gr

a) Bilangan Asam

Minyak Goreng Baru

Diket : Berat minyak = 20 gram

VKOH = 9,5 ml

NKOH = 0,1 N Penyelesaian :

Bilangan asam = V KOH X N KOH X 56,1Berat minyak (gram) = 9,5 X 0,1 X 56,120

= 2,66 ml/gr

Minyak Goreng Bekas

Diket : Berat minyak = 10 gram

VKOH = 10 ml

NKOH = 0,1 N Penyelesaian :

Bilangan asam = V KOH X N KOH X 56,1Berat minyak (gram) = 10X 0,1 X 56,110

= 5,61 ml/gr

a) Bilangan Peroksida Reaksi :

CH3CH2CHCOOH + O2 → CH3CH2COOCH2COOH As.lemak tak jenuh Peroksida

Perhitungan :

Minyak Goreng Baru

Diket : Berat minyak = 0,5 gram

VNa2S2O3 = 1,5 ml

NNa2S2O3 = 0,1 N Penyelesaian :

Bilangan peroksida = V Na2S2O3 X N Na2S2O3 X 1000Berat minyak (gram) = 1,5 X 0,1 X 10000,5

= 300

Minyak Goreng Bekas

Diket : Berat minyak = 0,5 gram

VNa2S2O3 = 23,5 ml

NNa2S2O3 = 0,1 N Penyelesaian :

Bilangan peroksida = V Na2S2O3 X N Na2S2O3 X 1000Berat minyak (gram) = 23,5X 0,1 X 10000,5

= 4700

a) Bilangan ester

Minnyak goreng baru

Diket: Bilangan penyabunan = 29,92 ml/gr

Bilangan asam = 2,66 ml/gr

Penylesaian :

Bilangan ester = Bilangan penyabunan – bilangan asam

29,92 ml/gr – 2,66 ml/gr = 27,26 ml/gr

Bilangan ester

Minnyak goreng bekas

Diket: Bilangan penyabunan = 24,93 ml/gr

Bilangan asam = 5,61 ml/gr

Penylesaian :

Bilangan ester = Bilangan penyabunan – bilangan asam

24,93 ml/gr – 5,61ml/gr = 19,32 ml/gr

G. PEMBAHASAN

Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya. Salah satu contoh lemak yang sering kita jumpai adalah minyak kelapa atau minyak goreng.

Minyak kelapa atau minyak goreng merupakan trigliserida yang pada kondisi segar (belum digunakan untuk menggoreng) mempunyai kadar asam lemak tertentu. Dimana proses penggorengan akan terjadi dekomposisi pada batas tertentu yang akan mengakibatkan minyak Pada percobaan ini dilakukan 4 jenis percobaan yaitu grease spot test, penentuan bilangan penyabunan, penentuan bilangan asam dan penentuan bilangan peroksida. Pada percobaan ini digunakan 2 jenis minyak goreng yaitu minyak goreng bekas dan minyak goreng baru. Tujuan dari digunakanya 2 jenis minyak goreng ini adalah sebagai pembanding untuk membedakan tingkat kualitas dari kedua minyak goreng tersebut melalui perhitungan yang ada.

Pada percobaan pertama yaitu grease spot test (tes noda lemak), bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa yang ada pada minyak goreng yang digunakan. Dalam percobaan grease spot test ( tes noda lemak ), minyak ditambahkan dengan eter. Minyak baru yang awalnya kuning setelah ditambahkan eter menimbulkan larutan bening. Sedangkan minyak bekas (jelantah) yang telah ditambahkan dengan eter juga menghasilkan larutan bening. Digunakannya eter pada percobaan ini dikarenakan eter merupakan pelarut organik nonpolar yang dapat melarutkan lemak atau minyak yang merupakan senyawa nonpolar, dimana tingkat kepolaran antara eter dengan minyak goreng hampir sama. Jika digunakan air sebagai pelarutnya maka minyak goreng tidak dapat larut karena antara minyak goreng dengan air memiliki tingkat kepolaritasan yang jauh berbeda. Selain itu digunakanya eter sebagai pelarut dan bukan pelarut organik yang lain, karena dengan sifat eter yang mudah menguap, sehingga yang tersisa pada gelas arloji adalah minyak goreng saja.

Percobaan Grease spot test merupakan tes sederhana untuk lipid. Dimana akan diberikan hasil positif dengan adanya gliserol (Millio, 2009). Dari tes ini baik minyak baru maupun minyak bekas memberikan uji positif yang ditandai oleh terjadinya perubahan pada kertas saring yang menjadi transparan setelah diiusapkan pada minyak goreng yang ditambahkan dengan eter. Hal ini berarti dalam kedua jenis minyak tersebut, terdapat gliserol yang merupakan hasil hidrolisa dari minyak. Pada minyak goreng bekas terjadi hidrolisa akibat proses penggorengan (pemanasan) sehingga trigliseridanya akan berkurang dimana kadar gliserol dan asam lemaknya akan bertambah. Hal ini dapat menurunkan kualitas minyak. Pada minyak goreng baru juga terdapat gliserol yang disebabkan oleh masih adanya kandungan air dalam minyak yang walaupun dalam jumlah yang sedikit dapat menghidolisis minyak menjadi gliserol dan asam lemak. Sehingga kandungan air juga dapat menurunkan kualitas minyak. Air yang ada dalam minyak dapat dijadikan media pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghidrolisis minyak ( Suasti, 2009).

Pada percobaan yang kedua yaitu penentuan bilangan penyabunan, menunjukan banyaknya basa (mg KOH) yang dibutuhkan untuk menyabunkan1 gram minyak. Penentuan bilangan penyabunan berperan dalam proses identifikasi kualitas dari minyak goreng yang digunakan. Besarnya bilangan penyabunan tergantung dari massa molekul minyak, semakin besar molekul minyak maka semakin rendah bilangan penyabunannya, hal ini dapat dijelaskan dengan semakin panjang rantai karbon suatu minyak maka akan semakin kecil proporsi gugus karboksilat yang akan bereaksi dengan basa. Dari hasil pengamatan diperoleh bilangan penyabunan untuk minyak baru dan minyak bekas masing-masing yaitu 29,92mg KOH/gram dan 24,93 mg KOH/gram. Nilai bilangan penyabunan lebih kecil pada minyak bekas dibandingkan dengan minyak baru. Hal ini tidak sesuai dengan yang seharusnya karena nilai untuk bilangan penyabunan pada minyak goreng baru seharusnya lebih kecil dibandingkan dengan minyak goreng bekas, yang disebabkan oleh penguraian atau pengoksidasiannya molekulnyapada pemanasan. Kesalahan ini terjadi mungkin karena kurang hati-hatinya praktikan dalam melakukan titrasi dan dalam mencampurkan bahan-bahan kimia yang digunakan.

Percobaan selanjutnya yaitu penentuan bilangan asam, dilakukan dengan cara titrasi dengan menggunakan larutan basa KOH. Bilangan asam menunjukan banyaknya asam lemak bebas yang dinyatakan dengan mg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam penentuan kualitas minyak. Bilangan ini menunjukan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam minyak akibat hidrolisis, pemanasan, proses fisika atau kimia dan reaksi enzimatis (Suastuti,2009). Pada percobaan ke dalam minyak baru maupun minyak bekas ditambahkan dengan etanol. Berdasarkan hasil pengamatan, untuk minyak baru, terbentuk 2 lapisan yaitu pada lapisan bawah berwarna kuning (merupakan minyak), sedangkan pada lapisan atas warnanya keruh yang merupakan fase air. Terbentuknya 2 lapisan yang mana lapisan atas yang bening merupakan etanol sedangkan lapisan bawah merupakan minyak goreng. Lapisan minyak goreng yang berada di bawah menunjukkan bahwa minyak goreng memiliki berat jenis yang lebih besar dibandingkan dengan etanol, hal ini dikarenakan berat molekul lebih besar dibandingkan dengan etanol. Digunakannya etanol untuk melarutkan minyak dan bukan pelarut yang lain karena etanol merupakan salah satu pelarut organik yang dapat memberikan suasa asam ke dalam minyak goreng, selain itu dibandingkan dengan air, etanol merupakan pelarut yang memiliki polaritas yang hampir sama dengan minyak sehingga akan dapat bereaksi dengan minyak dalam suasana asam (Herlina, 2002).Sedangkan untuk minyak bekas terbentuk Terbentuk 2 lapisan yaitu pada bagian atas berwarna kuning keruh dan bagian bawah berwarna kuning pekat.Pada percobaan tersebut lapisan atas berwarna kuning keruh yang merupakan fase air dan lapisan bawah berwarna kuning pekat merupakan fase minyak.

Pada percobaan penentuan bilangan asam ini, campuran antara etanol dengan minyak ditutup dengan pendingin balik, sambil dipanaskan dengan penangas air dan digojok dengan kuat. Tujuan dari ditutupnya campuran dengan pendingin balik adalah agar campuran yang menguap akibat panas tidak hilang dan jatuh kembali ke campuran larutan akibat adanya pendinginan uap oleh pendingin balik yang ada. Dilakuknanya proses pemanasan sambil penggojogan bertujuan agar semua larutan dapat tercampurkan secara optimal. Setelah dipanaskan campuran didinginkan dan kemudian baru dititrasi dengan KOH. Tujuan dari pendinginan adalah agar produk yang telah terbentuk tidak terurai lagi menjadi reaktannya serta proses titrasi berjalan dengan optimal. Berdasarkan hasil perhitungan bilangan asam diperoleh nilai untuk minyak baru dan minyak bekas masing-masing sebesar: 2,66 ml KOH/gram minyak dan 5,61 ml KOH/gram minyak. Dari hasil perhitungan ini dapat dilihat bahwa untuk minyak bekas memiliki bilangan asam yang lebih besar dibandingkan dengan minyak baru, dimana hal ini menunjukkan bahwa minyak baru memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan minyak bekas. Semakin tinggi bilangan asam maka semakin banyak pula minyak yang terhidrolisis. Minyak bekas memiliki bilangan asam yang lebih besar dari pada minyak baru, dikarena minyak goreng bekas dipakai berulang-ulang dan akan mengalami perubahan kimia akibat hidrolisis dan oksidasi, sehingga menyebabkan kerusakan pada minyak tersebut dan kandungan asam lemak bebasnya banyak yang di sebabkan terurainya trigliserida menjadi senyawa lain yaitu diantaranya asam lemak bebas (Ketaren, 1986).

Pada percobaan yang terakhir yaitu penentuan bilangan peroksida, menunjukan tingkat kerusakan pada minyak. Minyak goreng yang sering dipakai untuk menggoreng secara berulang, bahkan warnanya sampai coklat tua atau hitam akan menyebabkan oksidasi asam lemak tidak jenuh yang kemudian membentuk gugus peroksida dan monomer siklik (Suirta, 2009). Bilangan peroksida merupakan jumlah peroksida dalam setiap 1000 gr (1Kg) minyak dimana bilangan peroksida ini menunjukkan tingkat kerusakan minyak (Saifudin, 2002). Berdasarkan pada perhitungan diperoleh hasil yaitu bilangan peroksida untuk minyak bekas memberikan nilai yang lebih besar yaitu sebesar 4700, sedangkan minyak goreng baru sebesar 300. Hal ini disebabkan karena penggunaan minyak goreng (proses pemanasan) akan menyebabkan oksidasi asam lemak tak jenuh yang kemudian membentuk gugus peroksida monosiklik (Suirta, 2009). Pada percobaan ini baik larutan minyak baru maupun minyak bekas menunjukkan pembentukan warna yang lebih muda yaitu kuning jernih/ bening pada larutan setelah ditambahkan dengan KI akan tetapi setelah ditambahkan dengan aquades, larutan berubah menjadi keruh. Terbentuknya warna keruh pada larutan menujukkan bahwa dalam larutan telah terjadi penguraian pada larutan KI menjadi ion I3-, dimana ion ini akan meembentuk kompleks dengan larutan indikator amilum (yang tersusun dari air dan amilum) menjadi kompleks iodin-amilum. Setelah dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 terdapat 2 fase baik pada minyak baru maupun minyak bekas. Dimana, pada fase bawah merupakan fase minyak dan berwarna kuning, dan fase atas merupakan fase air yang berwarna bening. Untuk menentukan besarnya bilangan peroksida ini, titrasi yang dilakukan dengan menambahkan KI jenuh dengan amilum sebagai indikator. Iodine-amilum bertindak sebagai suatu tes yang sensitif untuk iodine.

H. PENUTUP

1. Kesimpulan

a. Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3) , benzena dan hidrokarbon lainnya.

b. Test noda lemak menunjukan uji positif untuk sampel minyak baru dan minyak bekas yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada kertas saring menjadi transparan yang menandakan dalam minyak terdapat adanya minyak (gliserol).

c. Minyak bekas memiliki bilangan asam yang lebih besar dibandingkan dengan minyak baru, dimana hal ini menunjukkan bahwa minyak baru memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan minyak bekas dimana semakin tinggi bilangan asam maka semakin banyak pula minyak yang terhidrolisis.

d. Nilai bilangan peroksida pada minyak goreng bekas lebih besar dibandingkan dengan nilai bilangan peroksida pada minyak goreng baru, hal ini disebabkannya karena penggunaan minyak goreng (proses pemanasan) akan menyebabkan oksidasi asam lemak tak jenuh yang kemudian membentuk gugus peroksida monosiklik

1. Saran

• Prosedur kerja sebaiknya dipelajari dan dipahami dengan sebaikbaiknya agr tidak terjadi keesalahan pada proses praktikum. Dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian pada proses titrasi sehingga diperoleh data yang cukup akurat.

• Kepada praktikan diharapkan lebih serius dan berhati – hati dalam melakukan percobaan agar diperoleh hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Brahmana, H.R., R. Dalimunthe dan M. Ginting. 1998. Pemanfaatan Asam Lemak Bebas

Minyak Kelapa Sawit dan Inti Sawit Dalam Pembuatan Nilon 9,9 dan Ester Sorbitol

Asam Lemak. Laporan RUT III – Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi. Dewan Riset Nasional, Jakarta. 335.

Endo, Y., H. Sanae dan F. Kenshiro. 1997. Autooxidation of Synthetic Isomers of Triacylglycerol Containing Eicosapentaenoic Acid. J.Am.Oil Chem.Soc. 74. 5. 543 – 548.

Herlina,Netti dan Ginting.2002. Lemak dan Minyak. Sumatera Utara: Jurusan Tehnik Kimia, Universitas Sumatera-Press.

Ketaren,S.1986. Pengantar Tehnologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press.

Lakitan, Benyamin.2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Matsjeh. 1996. Kimia Organik II. Yogyakarta : UGM Press.

Poedjiadi, Anna. 2007. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press

Saifudin, Umar. 2008. Analisa Lemak dan Minyak. Didownload dari situs: http://food4healthy.wordpress.com/2008/10/18/analisa-lemak-dan-minyak.html, pada tangal 2 Desember 2010, pukul 15.30 WITA.

(sumber: Nurul Ramdhani)

Share this article :

1 komentar:

Powered by Blogger.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. rifnotes - All Rights Reserved