A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
a. Tujuan Praktikum : Untuk menguji sifat fisik dan kimia air liur dan empedu.
b. Hari, tanggal : Minggu, 11 Desember 2011.
c. Tempat : Laboratorium Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Cairan yang terdapat dalam tubuh pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu cairan yang terdapat di dalam sel (intra sel) dan di luar sel (ekstra sel). Cairan intra sel berfungsi sebagai medium bagi reaksi-reaksi metabolism yang berlangsung dalam sel ; sedangkan cairan ekstra sel berfungsi memberikan zat-zat yang diperlukan oleh sel, baik cairan dalam sel maupun cairan luar sel harus selaalu dalam kondisi konstan, artinya masing-masing mempunyai zat-zat yang diperlukan dan dalam konsentrasi yang tepat. Fungsi tubuh yang utama ialah menjaga kondisi cairan tubuh agar dalam kondisi yang wajar dan konstan atau disebut homeostatis. Air liur dan empedu adalah salah satu cairan tubuh yang berguna dalam proses pengubahan makanan dari awal hingga menjadi berbentuk molekuler yang siap untuk diserap melalui dinding usus, disebut pencernaan makanan dan proses ini berlangsung dalam system pencernaan makanan yang terdiri atas beberapa organ tubuh, yaitu mulut, lambung, dan usus dengan bantuan pangkreas dan empedu (Poedjiadi : 1994).
Air liur dalam bahasa kedokteran disebut saliva. Tidak hanya berfungsi untuk membantu dalam pengunyahan dan pencernaan, saliva juga melindungi gigi dengan membantu mencegah karies, mengatur keasaman rongga mulut, dan mencegah mikroorganisme berkembang tak terkendali. Saliva diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva, dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui suatu saluran. Setiap harinya, saliva diekskresi hingga 0.5 – 1.5 liter oleh tiga kelenjar liur mayor yang berada di sekitar mulut dan tenggorokan. Kelenjar tersebut yaitu,kelenjar paratoid,kelenjar submandibular,dan kelenjar sublingual ( Mayes : 1985).
Kantung empedu atau kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organberbentuk buah piryang dapat menyimpan sekitar 50 ml empeduyang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kantung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. (Vogel,1985).
Cairan empedu dibuat dalam hati dan disimpan dalam kantong empedu apabila tidak digunakan. Kantong empedu ini dapat melekat dalam hati. Pada waktu ada proses pencernaan makanan kantung empedu berkontraksi, dan mengeluarkan cairan empedu ke dalam duodenum, melalui saluran yang menyatu dengan saluran cairan pangkreas pada bagian akhir. Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning, agak kental dan berasa pahit. Cairan empedu mengandung zat-zat anorganik yaitu, HCO3-, Cl-, Na+ dan K +, serta zat-zat organic yaitu asam-asam empedu, bilirubin, kolesterol ( Poedjiadi,1994).
Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu (Mayes, 1985).
Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu. Batu kandung empedu bisa menyumbat aliran empedu dari kandung empedu, dan menyebabkan nyeri (kolik bilier) atau peradangan kandung empedu (kolesistitis). Batu juga bisa berpindah dari kandung empedu ke dalam saluran empedu, sehingga terjadi jaundice (sakit kuning) karena menyumbat aliran empedu yang normal ke usus. Penyumbatan aliran empedu juga bisa terjadi karena adanya tumor(Murray, 2003) .
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Erlenmeyer 50 ml
Gelas kimia 500 ml
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Penjepit
Pipet volume 5 ml
2. Bahan Empedu ayam
Minyak
Larutan HNO3 pekat
Larutan sukrosa 5 %
Larutan H2SO4 pekat
Aquades
Air liur
Indikator universal
Larutan NaOH 10 %
Larutan CuSO4
Pereaksi molish
Larutan asam asetat encer
Larutan HCl
Larutan BaCl2 2 %
A. CARA KERJA
A. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini dilakukan percobaan yang bertujuan untuk menguji sifat fisik dan kimia cairan tubuh. Dalam praktikum kali ini, cairan tubuh yang digunakan adalah air liur dan empedu. Cairan liur adalah campuran hasil sekresi berasal dari kelenjar submaksilaris, sublingualis, parotis serta kelenjar pipi. Kelenjar kadar zat lendirnya sedikit akan tetapi kaya akan enzim amilase yang dikenal dengan nama ptialin. Enzim dapat mengekskresi obat-obatan tertentu seperti alkohol dan morfin. Empedu manusia memililki warna kuning keemasan tapi kalau dibiarkan pada udara terbuka akan berubah menjadi hijau,biru,dan coklat karena pigmen empedu teroksidasi.Oksidasi pigmen empedu oleh berbagai preaksi akan menghasilkan suatu turunan yang berwarna.
Pada saliva dilakukkan beberapa pengujian yaitu penetapan pH,uji Biuret, uji Molisch, uji Presipitasi, dan uji Sulfat. Pada percobaan yang pertama yaitu uji air liur,dilakukan penetapan PH air liur dimana indikator universal dicelupkan ke dalam air liur yang tidak disaring dan didapatkan PH air liur =7. Pada umumnya PH air liur manusia adalah 6,6 jika masih segar. Pada percobaan tersebut didapatkan PH 7 karena pada saat air liur sudah didapatkan air liur tersebut tidak langsung di ukur namun di kumpulkan hingga banyak, inilah yang menyebabkan PH air liur bertambah. Karena air lir jika dibiarkan agak lama Phnya dapat meningkat karena kehilangan CO2 (Poejadi,1999).
Pada uji Biuret dan Uji Molisch,air liur tidak disaring supaya semua bahan atau kandungan yang ada didalamya utuh atau alami. Air liur berwarna bening dan berbuih kemudian di tambah dengan + 2 ml NaOH, larutan menjadi keruh di bagian atas dan bening di bagian bawah. Dimana pada pereaksi biuret dalam suasan basa akan bereaksi dengan polipeptida dan merupakan metode yang digunakan untuk menentukan jumlah protein terlarut dalam larutan. Stelah itu di tambahkan + CuSO4, terbentuk warna bercak biru. Semakin banyak ditetesi CuSO4, warnanya menjadi semakin ungu. Hasil : larutan berwarna ungu karena mengandung protein. Pereaksi biuret terdiri dari CuSO4 dalam basa kuat. Pereaksi ini mengikat ikatan peptida pada sampel. Sampel harus mengandung minimal dua ikatan peptida. Jika terdapat peptida maka warna larutan akan berubah. Perubahan warna sesuai dengan kadar protein dalam larutan sampel. Semakin tinggi kadar protein sampel warna larutan semakin gelap.
Uji Molisch digunakan untuk menguji sifat kimia dan fisik dari air liur. Air liur berwarna bening dan berbuih ditambah molish, terbentuk bercak hitam, kemudian di tambah + asam sulfat, terbentuk 3 lapisan yaitu putih keruh (atas), cokelat tua (tengah), dan bening kecoklatan (bawah). Setelah dikocok, warna larutan menjadi putih keruh sedikit crem dan terdapat cincin ungu di bagian atas. Seharusnya cincin berada di tengah, tapi kemungkinan hal ini dikarenakan larutan yang buruk. Reaksi Molisch menunjukkan reaksi positif dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada saat penambahan asam sulfat 20 tetes terbentuk cokelat kemasan, ini menujukan terdapat kandungan karbohidrat didalam air liur. Berdasarkan uji presipitasi, dalam air liur terbentuk presipitasi amorf yang ditandai dengan adanya warna keruh pada kertas saring,setelah ditambahkan 1 tetes CH3COOH warnanya tetap yaitu keruh tapi agak encer. Untuk Uji presipitasi adalah uji pengendapan yang tak terbentuk. Uji presipitasi Adalah proses pengendapan, dimana proses pengendapan sendiri adalah cara untuk mempermudah proses pemisahan. Pada temperatur tertentu, kelarutan zat pada pelarut tertentu didefinisikan sebagai jumlahnya jika dilarutkan pada pelarut yang diketahui beratnya dan zat tersebut mencapai kesetimbangan dengan pelarut itu. Sedangkan yang disebut sebagai preipitasi amorf adalah pengendapan pelarut dalam bentuk yang amorphous atau tidak berbentuk. Uji sulfat, air liur berwarna bening di tmbah HCl, tidak terjadi perubahan. Kemudian di tambah + BaCl2, terbentuk 2 lapisan yaitu bening (bawah), dan keruh (atas). Terdapat adanya endapan putih.
Empedu yang dipakai memiliki warna hijau tua, berbentuk lonjong, lembek, dan berselaput. Pada uji Gmelin, Berwarna bening Terbentuk 3 lapisan yaitu hijau (atas), merah kekuningan (tengah), dan bening (bawah). Setelah dikocok, terbentuk 2 lapisan yaitu orange (atas) dan kuning bening (bawah), dan terasa panas pada tabung. Lapisan ini menandakan bahwa pada empedu terdapat Gmelin. Uji gmelin adalah sebuah tes empedu dalam cairan tubuh. Uji gmelin juga merupakan tes keberadaan konjugat bilirubin dalam cairan tubuh berdasarkan konversi bilirubin untuk warna – warni senyawa dengan penambahan asam nitrat.
Sementara itu untuk uji pettenkofer,dia positif apabila terbentuk cincin pada perbatasan antara kedua lapisan ditengah ada cincin warana ungu kehijauan ini yang menandakan reaksi ini. Eairan empedu berwarna hijau, kemudian di tam bah larutan sukrosa terbentuk 2 lapisan yaitu hijau muda (atas) dan hijau tua (bawah), + asam sulfat pekat, terbentuk 3 lapisan yaitu yaitu hijau muda (atas), hijau kehitaman (tengah) dan hijau tua (bawah).
Fungsi empedu sebagai emulgator, Tabung I (aquades + minyak) haqsilnya Tidak dapat bercampur (emulsi tidak stabil). Tabung II aquades + minyak, tidak dapat bercampur, kemudian + empedu, larutan menjadi tercampur (emulsi stabil) dan berwarna hijau tua. Fungsi empedu sebagai emulgator hal ini dikaitkan dengan sifat empesu yang memiliki dua bagian yang jelas, satu bagian mempunyai sifat polar atau sifat hidrofil, bagian lainnya bersifat non polar atau hidrofob sehingga empedu dapat digunakan sebagai pengemulsi pada lemak. Dan juga menjadi penstabilnya dalam tubuh. Empedu dapat berfungsi sebagai emulgator apabila ditambahkan dengan minyak. Ini terbukti dengan terjadinya emulsi saat empedu ditambahkan dengnan minyak.
B. PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain :
1. Empedu berfungsi sebagai emulgator yaitu zat pencampur
2. Uji molisch ditandai dengan terbentuknya cincin berwarna ungu diantara larutan tersebut yang menandakan adanya karbohidrat dalam saliva
3. Pada penentuan PH air liur didapatkan PH air liur adalah 7 yang berarti bersifat nnetral padahal PH air liur yang sebenarnya adalah 6,6
4. Presipitasi ditandai dengan terdapatnya gumpalan berwarna putih pada larutan tersebut
5. Adapun sifat fisik dari empedu adalah berwarna hijau,terdapat selaput dan kenjal.
a. Saran
Diharapkan praktikan bersungguh-sungguh pada saat melaksanakan praktikum agar diperoleh hasil yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Mayes, A. Peter, dkk. 1985. Biokimia Harper (Harper’s Review of Biochemistry). Dr. Iyan Darmawan. Edisi ke 20. EGC. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
Murray, Robert. Dkk. 2003. Biokimia Harper Edisi 25. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
Poedjadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI.
Vogel, A.I. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Anorganik Makro dan Semimikro, Penerjemah L. Setiono dan A.H Pudjaatmaka, Jakarta : Kalman Media Pustaka.
0 komentar:
Post a Comment